Dia pacar pertamaku. Saat itu aku masih kelas 2 SMA dan aku
sekelas dengannya.
Aku tidak tahu kenapa aku bisa suka dengannya. Mungkin
karena tinggi dan postur tubuhnya, mungkin karena sikap cuek dan pendiamnya,
mungkin karena pintarnya, atau mungkin ini memang yang ditakdirkan tuhan ..
Aku tidak pernah merasa PDKT dengannya. Selama sekelas aku
jarang dan hampir tidak pernah berbicara dengannya, biasanya kami hanya
berkomunikasi melalui tatapan mata dan karena sikap grogiku aku akan langsung
memalingkan muka atau mungkin aku akan langsung berkata padanya “ngapain
liat-liat ?”. Ya, itu adalah sikap alamiku jika sedang malu atau grogi. Sampai
suatu ketika dia menyatakan cinta. Aku ingat betul saat itu. Itu hari rabu, tgl
1 November 2006. Saat itu kami sedang mata pelajaran fisika dan kami belajar di
lapangan. Saat itu seorang teman mengatakan bahwa dia hendak berbicara padaku.
Tanpa ada perasaan curiga aku langsung saja menghampirinya. Saat itulah, di antara
lapangan dan workshop sebelah lapangan voli dia menyatakan perasaannya padaku.
Ini pertama kalinya aku mendengar pernyataan cinta langsung dari orang yang aku
suka. Spontan saja aku berusaha menahan senyum kegembiraanku dan mukaku memerah
seperti tomat. Karena saking groginya aku hanya bisa bengong sambil senyum-senyum
malu. Saat dia menanyakan bersediakah aku menjadi kekasihnya, kata yang dapat
aku keluarkan hanya “ah ?” dan aku menjawabnya dengan anggukan. Aahh,
bahagianya aku saat itu. Dan semenjak itulah aku dan dia menjadi kami. Tapi
kami harus menjalin hubungan ini sembunyi-sembunyi dari orang tuaku. Kasta, ya
itulah masalah kami. Aku berkasta dan dia biasa.
Semakin aku dekat dengannya semakin dalam rasa sukaku
padanya. Kadang kami bertengkar, itu lebih dikarenakan karena emosiku. Biasanya
itu dikarenakan karena aku yang tidak suka dengan kebiasaanyya minum-minum,
atau mungkin karena aku yang terlalu posesif. Tapi tak pernah kami bertengkar
lebih dari 1 hari. Itu lebih dikarenakan karena sikapnya yang dewasa dan
pengertian dan yang selalu dapat meluluhkan rasa marahku. Selama berpacaran
kami bisa dikatakan sebagai pasangan yang irit, kami jarang pergi ke mall atau
dinner di restaurant mewah. Itu lebih dikarenakan kesukaan kami yang sama,
yaitu sama-sama suka dengan alam dan sama-sama senang mencari tempat baru.
Tanpa terasa kami sudah hampir menjalani hubungan ini selama
satu setengah tahun. Sampai sebulan sebelum kami merayakan satu setengah tahun
hari jadi, kami memutuskan untuk berpisah. Memang sebelumnya selama menjalani
hubungan ini pernah kata pisah terucap. Tetapi itu hanya sekedar kata, dan
karena kami masih saling menyayangi dan tak memandang kedepan kami masih tetap
menjalani hubungan ini. Sampai kata pisah ini terucap tanpa alasan yang jelas.
Dan kami setuju untuk berpisah, beruntung saat itu musim ujian. Ketika itu kami
kelas 3 SMA, dan kami saling sibuk mempersiapkan diri untuk UAN, sehingga kami
menjadi jarang bertemu di sekolah dan lebih memudahkan kami untuk saling
melupakan. Tetapi ternyata itu keliru, setelah mengakhiri hubungan ini, kami
tidak pernah benar-benar melupakan. Pernah aku menjalin hubungan dengan pria
lain, dan diapun lebih sering menjalin hubungan dengan wanita lain. Namun
diantara hubungan-hubungan lain yang pernah kami jalin, tidak pernah kami tidak
memberikan kabar lebih dari sebulan, kadang kami bertemu dan pergi bersama.
Kami tidak berselingkuh, itu karena hubungan kami hanya sekedar menanyakan
kabar atau basa-basi tidak penting, namun hati kami masih saling menyayangi
tanpa pernah saling mengungkapkan.
Akhirnya pada tahun 2008 kami kembali menjalin hubungan.
Kami kembali bersama. Tetapi hubungan ini hanya bertahan selama 3 bulan. Dan
dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini dengan alasan ‘bosan’. Dan aku ?
untuk apa aku melanjutkan hubungan dengan orang yang sudah bosan untuk berada
dalam suatu hubungan ? dan akhirnya aku mengiyakan perpisahan itu. Kami
berpisah secara resmi untuk kedua kalinya. Sampai sebulan setelah perpisahan
kedua kami dia mengajakku untuk bertemu. Dia ingin bercerita dan mengajakku
mencari tempat baru. Begitu alasannya. Karena aku memang kangen dan rindu
dengannya, maka aku mengiyakan ajakan itu. Dan saat itulah dia mengatakan
alasan sebenarnya. Alasan sebenarnya penyebab kami berpisah. Dia berpikir
hubungan kami tidaka kan bisa berlanjut. Kembali pada permasalahan awal yang
selalu coba kami acuhkan. Alasan terbesar dan paling pintar kami sembunyikan.
Kasta, perbedaan itu. Dia mengatakan dia tak ingin membuatku susah untuk
memilih diantara dia ataupun keluargaku, dan dia memutuskan untuk mundur.
Kamu tau rasanya mendengar alasan itu ? sedih, marah, kecewa
.. semua perasaan itu campur aduk menjadi satu. Seandainya saja dia mau
memperjuangkanku, akupun mau ikut berjuang bersamanya, berjuang bersama untuk
mendapatkan restu dari orang tuaku. Tetapi dia memutuskan untuk mundur dan
menyerah. Dan untuk apa aku memperjuangkan orang yang tidak mau berjuang
untukku ? dan lagi-lagi aku berpisah. Perpisahan ini sudah membuatku sadar
bahwa kami tidak mungkin untuk kembali lagi. Namun hati kami masih bersama. Kami
kembali pada hubungan kami sebelumnya, menjadi sahabat namun hati dan perasaan
masih saling menyayangi.
Sampai pada suatu ketika di tahun 2012. Dia tidak berkabar.
Kali ini lebih dari sebulan, bahkan hampir 2 bulan dia tidak berkabar. Memang
dari pertemuan sebelumnya dia pernah mengaku jujur bahwa dia memiliki pacar,
dan aku mengatakan dengan tegas, bahwa jika dia memiliki pacar, tolong jangan
hubungi aku, karena aku tak ingin merasa bersalah dan menjadi wanita jahat
dihapadan pacarnya. Dan akupun menyimpulkan bahwa dia masih memliki pacar. Aku
hanya dapat menahan rasa rinduku. Karena aku tak ingin mengganggu hubungannya
dengan pacar barunya. Dan pada akhir tahun 2012 aku mendengar kabar bahwa dia
telah menikah. Entahlah, apa itu hanya sekedar kabar atau memang benar bahwa
dia telah menikah.
Dan aku ? bagaimana denganku ? sudah hampir 5 tahun semenjak
kami mengakhiri hubungan keduaku dengannya. Dia yang sudah berkali-kali
berpacaran dengan wanita lain, namun aku masih tetap terpaku menatap masa lalu.
Mungkinkah aku trauma dengan hubungan ini ? mungkinkan aku yang takut jatuh
cinta dan terlalu menyayangi seseorang namun harus berpisah kembali atas nama
kasta dan perbedaan ? akupun ingin seperti dia. Menganggap bahwa masa dahulu
hanya masa lalu dan dapat melanjutkan kehidupan sebagaimana mestinya.
Seharusnya aku tidak terpaku pada masa lalu.
“harusnya aku tlah melewatkanmu, menghapuskanmu dari dalam benakku.”
-Adera_melewatkanmu.